Mamaku Luar Biasa!
By : Faqihah Nur Zahirah Muhammad
Selasa, 23 Juli 2019
Mamaku luar biasa!
Dia mengandungku selama 9 bulan, membawa bawa aku kemana mana dengan rasa bangga. Padahal tubuhnya membawa beban aku yang seberat itu, dan terus membawanya kemanapun ia pergi selama itu. Karenaku, mama jadi kesulitan tidur. Aku membuatnya sangat sulit mencari posisi ternyamannya. Tapi, mamaku tak pernah mengeluh. Luar biasa kan?
Mamaku hebat!
Setelah mengandungku selama 9 bulan, mamaku bersusah payah melahirkanku, ia berada di antara posisi hidup dan matinya, berusaha melahirkanku dengan sekuat tenaga. Banyak yang bilang, rasa sakitnya itu seperti 20 tulang yang patah secara bersamaan. Ya Allah.. mama pasti sangat kesakitan. Tapi setelah itu, mama menangis sambil senyum karena lihat aku. Semua rasa sakitnya seakan terobati. Mamaku hebat kan?
Mamaku keren!
Setelah melahirkanku, mama merawat dan membesarkan aku dengan sabar. Aku tiap malam menangis sampai mama tidak bisa tidur karena menyusuiku atau sekedar menggendongku. Dan itu berlangsung sampai umurku 2 tahun.
Setelah 2 tahun mama menyusuiku, aku mulai berlari larian seperti anak anak lainnya. Aku bermain main dengan mainanku, memberantakannya, lalu mama membereskannya. Dan aku memberantakkannya lagi. Dan mama membereskannya lagi tanpa mengeluh. O ya, selain mengurusiku mama juga melakukan banyak pekerjaan tanpa mengeluh. Mamaku superhero!
Mamaku menyebalkan.
Setelah aku melalui fase anak anakku, aku beranjak remaja. Sesekali aku memberontak, tak ingin membantu mama yang super sibuk dengan pekerjaannya yang tak pernah berhenti. Aku mulai tak mendengarnya. Habis, mamaku kalau mengoceh benar benar sangat berisik dan menyebalkan. Aku tak pernah berpikir, kalau itu akan sangat melukai mama. Hati mama menangis, tapi aku tak menyadarinya dan tak mempedulikannya.
Mamaku berisik.
Setiap kali aku keluar rumah untuk bermain bersama teman temanku, mama selalu bertanya kemana aku pergi. Ah, berisik sekali. Mama kenapa penasaran sekali dengan hidupku, sih. “Orang tua kayak mama gak bakal ngerti, gak usah ngurusin aku deh, ma.” Aku berbalik ke arah mama, berkata seperti itu dengan tatapan sinis. Lagi-lagi, perkataanku melukai hatinya.. dan aku benar benar tak peduli.
Mamaku pengganggu.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai dewasa dan menemukan cintaku. Dia melamarku dan kami menikah. Awalnya mama tidak merestui kami, tapi aku memaksanya. Toh, aku menyukainya. Dan hampir tiap hari mama menelponku, menanyakan kabarku. Aku menjawabnya sesingkat singkatnya. Bahkan menutup telepon duluan. Akhir-akhir ini mama tanya kapan aku bisa pulang menjenguknya. Rumah kita tidak terlalu jauh sih, tapi tetap saja aku malas mengunjungi mama. Jakarta benar benar macet, dan aku sibuk. Ugh, mama benar benar menggangguku.
Mamaku sakit.
Sudah lebih dari 10 tahun pernikahan kami, aku benar benar tidak pernah mengunjungi mamaku. Meskipun mama masih mengganggu, menelpon hampir setiap hari. Tapi, mengapa akhir akhir ini dia tidak menelpon? Aku sedikit penasaran. Jadi, aku telepon mama duluan. Jujur, aku sedikit rindu mendengar suaranya.
“Halo, Assalamu’alaikum?”
“Wa’alaikumussalam, kamu anaknya ibu fulanah?”
“I-iya, ada apa ya bu? Mama saya kenapa?”
“Ibu kamu sakit nak, sakitnya cukup parah hingga harus dibawa ke dokter. Tapi dia tidak mau kalau bukan anaknya yang menjemput. Ibumu cuma mau ketemu kamu, nak.”
“Baik, bu. Saya akan bicarakan dulu dengan suami saya.”
Mama.. sakit?
Aku segera memberitahukan hal ini pada suamiku. Tapi, tak dapat kupercaya, suamiku menolaknya. Ia sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tak bisa mengantarku. Ia hanya bisa mengantarku sekitar seminggu lagi Apa boleh buat, aku hanya bisa pasrah. Surga istri ada pada suaminya.. kan?
Mama, maaf..
Keesokan harinya, teleponku berdering.
Mama.. sudah tak ada di dunia.
Deg.
Air mataku jatuh tak henti hentinya.
Aku dan suamiku segera kembali ke rumah mama. Yang aku lihat hanyalah mama yang sudah tak bernyawa lagi. Aku menangis histeris.
Tiba tiba semua kenangan tentang mama datang ke dalam pikiranku secara bersamaan.
Mama ..
Air mataku mengalir tak henti hentinya
Aku mengingat mama, yang kerja keras banting tulang menghidupi keluarga kecil kami..
Aku mengingat mama, berdoa di hadapan Allah, menangis memohon kepada Allah agar aku mendapatkan kebahagiaan...
Aku mengingat mama, bekerja keras membersihkan rumah yang sudah kuberantakkan karena aku bermain main waktu kecil dulu..
Aku mengingat mama, yang bercerita tentang bagaimana aku tidak bisa tidur hingga mama pun tak tidur karena menjagaku...
Dan aku mengingat.. perlakuanku padanya
Aku yang tak pernah mendengar saat diminta tolong mama...
Aku yang mengejek mama, saat mama begitu peduli dengan keselamatanku di luar sana..
Aku yang menjawab seadanya saat mama menelponku..
Aku yang tak pernah menjenguk mama..
Aku yang tak mempedulikannya bahkan saat mama sangat butuh aku..
Ya Allah.. aku durhaka..
Aku benar benar durhaka..
Aku berteriak. Sangat sangat menyesal.
Mama.. Maafkan aku!
Aku menangis kencang. Hingga ada seorang tetangga memberikan sesuatu padaku.
“Nak.. ini dari ibumu..”
Sebuah.. surat?
Aku membaca isi suratnya.
“Nak.. mama minta maaf.. jika kau membaca surat ini, itu artinya mama sudah menghadap Allah. Mempertanggungjawabkan semua perbuatan mama, mempertanggungjawab kamu sebagai anak mama yang manis..
Nak.. mama minta maaf.. mama tidak bisa memberikan yang terbaik buat kamu.. mama belum bisa menjadikanmu sebagai anak yang berbakti kepada orang tuanya.. mama minta maaf..
Nak.. mama minta maaf.. mama selama ini selalu mengganggumu.. bahkan setelah kamu menikah, mama selalu menelponmu.. padahal mama tau kamu pasti sibuk... tapi itu sudah cukup bisa mengobati rindu mama ke kamu nak...
Nak.. pesan mama hanya satu. Taatlah kepada Allah dan Rasulnya nak.. jangan pernah tinggalkan salat.. berbaktilah kepada suamimu.. doakan mama ya, nak. Agar kita berkumpul di surganya Allah..
Terima kasih telah menjadi anak mama..
Mama cinta kamu..”
Ya Allah..
Ini semua salahku..
Andai saja aku rutin mengunjungi mama..
Andai saja saat itu aku langsung ke rumah mama..
Pasti tak akan ada kejadian seperti ini..
Mama.. maaf..
Mama...
Apapun yang terjadi, mama benar benar mamaku yang luar biasa..
Terima kasih, ma..
Aku minta maaf..
Aku sangat.. sangat menyesal..
Mama, maafkan aku...