Sabtu, 10 Agustus 2019

Pantaskah?


Hey, kamu tahu?
Saat pertama kali aku melihatmu
Rasanya.. biasa saja.
Tidak ada yang spesial.
Siapa kau? Aku tak peduli.
Aku tak menyangka, dirimulah yang membuat hatiku berdebar saat ini.
Saat aku menulis surat ini, untukmu.
Surat yang takkan pernah kau terima.
Karena aku tahu
Aku tak berhak menulis ini
Aku siapa? Dan kau siapa?
Meskipun begitu, aku hanya ingin mencurahkan
Hal yang selama ini telah kupendam dalam hatiku.
Aku menyukaimu.
Setelah pertemuan itu, tak kusangka aku terus memperhatikanmu.
Melihat senyumanmu, tawamu, candamu..
Marahmu, dan tangismu..
Semuanya, aku melihatnya.
Dan satu hal yang pasti.
Semuanya, aku menyukainya.
Semua tentang dirimu, aku menyukainya.
Aku menyukaimu.
Tapi, apakah rasa ini pantas?
Apakah rasa ini pantas.. jika kutunjukkan kepadamu, yang bukan siapa siapaku?
Apakah rasa ini tak akan membuatku menjauh dari Allah?
Apakah rasa ini.. takkan membuatku jatuh ke lubang dosa?
Entahlah.. kuharap tidak.
Semoga saja tidak.
Meskipun begitu, aku akan memendam rasaku.
Sampai aku bisa melupakanmu..
Atau mungkin, sampai kita dapat dipertemukan dengan ikatan yang halal?
Sejujurnya aku berharap begitu, hehe.
Tapi, siapapun yang akan menemani masa tuaku nanti
Hanya Allah yang tahu.
Dan meski itu bukan kamu, aku akan menerimanya .
Karena kutahu, Allah punya tercana yang indah..


Faqihah Nur Zahirah Muhammad
 2019

Sabtu, 20 Juli 2019

Kenapa harus islam? [1]

Bismillah, Assalamu'alaikum gaes~
Kembali lagi bersama penulis blogger yang gaje ini (UwU)/
Hari ini aku mau bahas pertanyaan "dasar" dari kita beragama ini..
"Kenapa sih, harus islam?"
Apa karena orang tua kita islam?
Kalau gitu kenapa orang tua kita islam?
Karena nenek kakek kita islam? terus kenapa nenek kakek kita islam? gaah ini mah sampai kakek2 gabakal selesai :v hahahah..
atau.. karena islam agama yang benar? kata siapa? kata Allah? dimana? di Al-Qur'an? kok percaya dengan Al-Qur'an? karena kita islam, jadi harus percaya dengan Qur'an? terus.. kenapa kita islam?

Kembali lagi kan, ke pertanyaan awal. Muter muter :"3
Jadi biar gak muter muter, mari kita bahas.

Keyy, mari kita back to point pertama sesuai judul dari tulisan ini-
Kenapa sih agama kita harus islam?
Pertama, untuk ngejawab pertanyaan ini, ada pertanyaan baru yang musti kita tanyain
"Emangnya Tuhan itu ada kah?"
 "Memangnya sosok pencipta manusia itu ada kah?"
Lets answer this, logika nya gini. Kamu percaya gak, kalo baju yang sekarang kamu pake ada yang ciptain? atau.. kamu percaya gak kalo monas ada yg nyiptain?
Kalo gitu... gimana dengan dunia ini?
Dunia ini ada karena 2 kemungkinan
1. Karena kebetulan, tiba tiba aja ada.
2. Karena ada yang menciptakan.
Mari kita bahas satu persatu.
1. Dunia ini ada karena kebetulan. Tuhan itu gak ada.
Mungkinkah? mungkinkah jantung kita berdegup selama 60 kali dalam 1 menit tanpa ada yg mengatur? atau mungkinkah jarak antar planet di angkasa bisa sepresisi itu tanpa ada yg mengatur? mungkinkah bumi ini tercipta dengan sendirinya? mungkinkah kita yang berasal dari sperma, dengan segala prosesnya yang keren banget berubah menjadi manusia begitu saja tanpa ada yg mengatur? mungkinkah jumlah oksigen dan nitrogen yang begitu presisi di udara terjadi secara kebetulan? mungkinkah rotasi bumi tak ada yang mengatur? mungkinkan proses bulan yang mengelilingi bumi, serta bumi dan planet-planet lainnya mengitari matahari dengan berada tetap pada orbitnya terjadi dengan sendirinya? Mungkinkah dunia yang semakin memuai dengan banyaknya galaksi galaksi lain selain galaksi yang kita tinggali ini tak ada yang mengatur? dunia yang bahkan tak kita ketahui ujungnya ini... mungkinkah terjadi secara kebetulan? dan ada banyak fenomena fenomena alam yang akan sangat sangat sulit dijelaskan jika Tuhan tidak ada di dunia ini...  Nonton ini yukk buat lengkapnya  >>  https://youtu.be/frUp3u_eqRQ
Betapa kita bisa membayangkan ketidak mungkinannya kan?
Kalo gitu kita bisa dapat kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Tuhan harus ada. karena gamungkin seluruh keluarbiasaan dunia dan isinya ini terjadi tanpa ada yang menciptakan.
Dan pertanyaan yang kedua, terus, Tuhan ini siapa?
Mari kita bahas di posting selanjutnya.
Terima kasih, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh^_^

Kamis, 20 Juni 2019

The Fish's Mom an Eagle




Faqihah Nur Zahirah M
Kelas 11 MIA CI

Ceritanya agak dark, selamat membaca! :)

The Fish’s Mom and an eagle

Once upon a time, there was a school of fish live in peace. One day, the fish’s mom looked at a hungry eagle and feel concern about it. The fish’s mom said to her children “oh my beloved baby, look up to that beautiful sky” the children looked to the sky and finally became eagle’s prey.
The eagle was very thankful with the fish’s mom and asked her to take a walk. The fish’s mom was very happy and approved the invitation. The fish’s mom went up to eagle’s beak and they were flyinng into the sky.
After a long time at the sky, the eagle realized that the fish’s mom was died and wanted to buried her. But the eagle thought that this is other sacrifice from the fish’s mom. Finally, the eagle took the fish’s mom to his nest and ate her with his children
-the end-


Sabtu, 15 Juni 2019

Memoir at Airport


Memoir at Airport

People come and go,
But, not with the feelings
You come and go,
Become a small dot and disappears

He is leaving
And I can't do anything
Love is leaving
And still I can't do anything

That plane take your body away
Getting farther away
There is no way
To take you to my way

But, if it's not too late;
        Can we get back together?
But breaking up is your answer
So, I'll silently let you go;
Can I?
But it's a lie.


Name of group:
Andriano (A1M218013)
Waode Chusnul Khatimah (A1M218071)
Dwy Balqis Eka Purnama (A1M218079)

I Lost Him, Found Me


I LOST HIM, I FOUND ME

One year ago, I met someone that I love in senior high school. We both love each other. We support each other in any way. Like other couples, we also always together, walk together, eat together and do anything together. The days I spent with him were very pleasant and I was happy with him.
Until that day come, now we are in 3rd  grade  who are very busy studying, to face the exam. We only focus on learning and I feel our relationship is starting to stretch because of the lack of communication. The days passed, until finally the farewell day arrived, the 3rd grade students scribbled on each other as a sign of graduation. I was busy coloring my friend's clothes in the field, and at that moment he came to me. He said there was something he wanted to say then invited me to speak together in class. My feelings began to falter, we kept silent. Until finally he said, "I graduated at the University of Indonesia". It turned out that my hunch was right, I was shocked to hear that. I am happy and sad at one time. I am glad he graduated outside Sulawesi but I realized that after this he would be far away and surely we had a long distance relationship. With a heavy heart, I congratulate him. Then he asked me where I graduated and I answered I graduated at Halu Oleo University. He congratulated me but my heart was touched by his words and only responded with a thin smile. I asked him, "then how are we?", I saw doubts in his eyes and then he said, "Do you want to commit?" he asked, sure. I'm confused by what he said, "do you mean?" only that can get out of my mouth. "yes we take care of each other's heart", he answered lightly. Actually I was very unprepared for this situation, our relationship before this farewell was stretched especially with him who would later go that far.
After the incident, my days began to be different, different. Before he left for Jakarta he once said that he would often send me e-mail, but after the beginning of the college year he began to rarely and never even sent me e-mail again. I tried to think positively that he might be very busy as a new student. Now my days without reporting have started to be normal, my feelings for him are still there because he once told me to commit to me. Until I had the opportunity to visited Jakarta because of a competition  where I was appointed to represent the University. I am happy because surely I will meet him there and can spend time with him.
When I was in Jakarta, before the competition tomorrow we were given the opportunity to take a walk to Kota Tua. I  and my friends enjoyed the beauty of Kota Tua. Until when I want to take a bicycle to get around. But I saw people who had wanted to met me while renting a bicycle too. With a very passionate heart I approached him. But my steps stopped when a girl came to her and she greeted her with a sweet smile. I frowned at not understanding this incident until everything was clear when he held his hand and stroked her hair. Time feels so slow when they smile at each other happily. The time was so painful when I wanted to let go of longing and fine grains began to wet my cheeks. I ventured to approach them, yes of course this was very disappointing. "Hi, how are you?", I said. He looked at me in shock and I read his eyes like saying how could it be. He was just silent, I smiled as much as possible to hide my disappointment but it was impossible, "your college is going smoothly?", Yes I know this is useless because he just speechless  and looks at me with a look of remorse. Then I said goodbye and went to home because it felt heavy and could not be stopped anymore. Disappointed? Of course, how can someone you trust damage the trust itself.
The competition day arrived. Honestly, I was very unfocused because of yesterday incident. My mind was everywhere. I was given responsibility and trusted by the University for this competition but the results were chaotic. I mostly daydream and fail in this competition.
We returned to Kendari. Everything is over. I thought with myself to Jakarta that I could cure my longing for him, in fact it wasn't like that. He broke his promise and I was stupidly believed too much in his words.
After that incident, I changed the way my mind.  Sometimes a breakup is actually the best thing that can happen to a person. It certainly was for me. I have been through a few by now and after the sadness subsides, I always grow, evolve, and come out stranger and smarter than ever. Losing love changed me for the better.

‘’I can not undo
What I have done;
I can not un- sing
A song that’s sung
And the saddest thing
About my regret
I can not forgive me,
And you can not forget’’

Members of group:
ANDRIANO -  A1M218013
WAODE CHUSNUL KHATIMAH – A1M218071
DWY BALQIS EKA PURNAMA – A1M218079

Kamis, 14 Februari 2019

Lepas


LEPAS
Aku diam, termenung dengan tatapan kosong. Senyummu masih terlihat jelas diingatanku. Senyuman yang menguatkanku dan memberiku kedamaian saat melihatnya. Kemana senyuman itu sekarang?
Aku termenung memikirkannya kembali. Mengingat masa lalu yang indah, sekaligus menyakitkan.
☆☆☆
2001
Kau terjatuh lagi, didorong oleh anak anak yang lebih tua darimu. Kau menangis sekencang kencangnya. Dan aku, layaknya pahlawan super di kartun favoritku datang menyelamatkanmu dengan jubah berwarna merah dan topeng mainan yang dibelikan ibuku. Aku mengambil sapu yang kebetulan berada disampingku dan menghadang mereka.
"Jangan sakiti dia!" Dan anak anak itu berlari ketakutan
Kau masih terisak isak dengan tangismu.
"Tiara, Kamu gak papa?"
"Mm!" Kau mengangguk dan tersenyum, dan yang kutahu saat itu, itulah hal yang paling menyenangkan dalam hidupku setelah dibolehkan bemain ps oleh ibu.
"Tapi itu kan lututmu kan luka, jadi harus aku obatin" aku menempelkan plester di lukamu.  "Sekarang udah gapapa! Tiara jalan sambil pegangin aku aja ya? Biar gak jatuh." Aku memegang tanganmu, membawamu pulang. Saat itu, yang kupikirkan hanyalah melindungimu dari orang orang jahat,itu saja. Kaupun pulang dengan selamat. Dan keesokan harinya kita bermain seperti biasa, layaknya anak anak lainnya, berlarian kesana kemari dan tertawa dengan polosnya. Ah, aku sangat merindukan masa -masa itu. Masa kecil memang benar benar masa masa terindah.
2003
Seiring berjalannya waktu, Kami pun memasuki sekolah dasar,  akan tetapi kau berada dikelas yang berbeda dan itu membuatku sedikit merasa sedih. Walau begitu, saat istirahat kita selalu menghabiskan jam istirahat bersama, dan saat pulang tentu saja kita pulang bersama.  Aku masih ingat, kehangatan tanganmu yang masih saja kugenggam dengan erat, seakan tanganmu adalah sesuatu yang tidak boleh kulepas kemanapun ku pergi.
"Radi gak akan ninggalin aku kan?" Tiba tiba berbicara, Kau menatapku penuh harap.
"Iya dong! Radi kan sayang Tiara!" Kataku percaya diri, tanpa mengerti apa makna sebenarnya dari rasa sayang itu.
Kau tersenyum dan kembali berjalan bersamaku.


2007
Kami mulai memasuki masa smp. Aku senang sekali, kali ini aku sekelas denganmu. Awalnya kita masih selalu bersama, namun di tahun ke-2,ada sesuatu yang aneh denganmu. kau mulai menjaga jarak denganku. Kau masih banyak bercerita seperti biasanya, tetapi kau terlihat merasa risih saat aku mulai memegang tanganmu. Tiara, ada apa denganmu? Dari jauh, aku mulai memperhatikanmu diam diam. Kau mulai mengenakan hijab. Terlihat manis sekali. Semakin lama, seiring berjalannya waktu tanganmu mulai menolak jika kugenggam. Ada rasa perih di sudut hatiku. Apakah aku punya salah kepadamu, Tiara?
2010
Masa SMP telah berakhir, dan masa masa yang indah bagi sebagian orang pun datang, walau tidak bagiku. Kau semakin menjauh. Dan itu membuat rasa sakit dihati ini terasa semakin jelas. Beriringan dengan hijabmu yang semakin memanjang.  Kau, entah kenapa tidak ingin berjalan pulang ataupun makan bersamaku lagi. Seperti kau benar benar memusuhiku. Apa salahku? Disaat kau menjauhiku seperti ini, tumbuhlah benih cinta di hatiku beriring dengan rasa sakit yang kurasakan
 Mengapa ini terjadi? Aku mulai mencari tahu, dan yang kudapatkan di situs situs internet adalah bahwa kau menjauhi ku karena terlalu dekat dengan lelaki dilarang oleh agama. Benarkah itu? Aku mulai mencari cari, dan karena aku merasa sangat penasaran aku ingin membuktikannya. Aku mencegatmu saat pulang sekolah dan membawamu ke halaman belakang sekolah dengan sedikit paksaan.
"Tiara Arazita Zahra, Mengapa kau menjauhiku secara tiba tiba? Apa kah kau membenciku? Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu. Tapi kenapa kau yang menjauhiku?!" Aku bertanya padamu. Dan kau melihatku dengan ekspresi kaget.
"Rudi, mm.. gimana ya.. kita...ada sesuatu yang salah, dengan hubungan kita"
"maksudmu?"
"Lupakan saja. Untuk sementara, kita jauhan dulu, ya?"
kau tersenyum tipis. Haha. Dugaanku mungkin benar. Kalau itu maumu, aku akan menunggu hingga kita berdua sama sama siap. Aku tak tahu apakah kau mencintaiku ataukah tidak. Tapi walau dengan perasaan sepihak ini, aku berani mengungkapkan perasaanku, pada waktu yang tepat tentunya.
2015
Aku mulai lulus dari SMA. Aku tidak tahu lagi bagaimana hubunganku denganmu. Saat ini, kita benar benar menjaga jarak. Aku mendaftar dan lolos di Universitas Gajah Mada, salah satu Universitas ternama di Indonesia. Syukurlah. Dan aku tidak menyangka kau begitu pandai hingga mendapatkan juara 1 umum di sekolah. Kau lolos di Universitas Indonesia. Dengan jarak sejauh itu. Sangat wajar jika kita tak saling berkomunikasi lagi. Masing masing dari kita fokus mengejar cita-cita, bukan mengejar cinta. Seiring berjalannya waktu, aku lolos S1 setelah 5 tahun berusaha mengejar ilmu. Dan aku berencana melanjutkan pendidikan S2 ku di Universitas Indonesia. Universitas Indonesia ya... itu mengingatkanku padamu. Kamu apa kabar ya sekarang? Apakah kau makan dengan baik? Apakah kau.. setidaknya... masih mengingatku? Aku teringat dengan masa laluku. Ah.. Bukankah dahulu aku berencana untuk melamarmu? Tidak. Waktunya belum tepat. Baiklah, Aku akan melanjutkan pendidikanku dan mencari pekerjaan lalu melamarmu.  Tunggulah, Aku bertekad.
Beberapa tahun kemudian, aku lolos S2 dan mendaftar menjadi dosen di UI. Dan alhamdulillah, Aku diterima. Lalu apa lagi yang kutunggu? Kamu. Iya,dirimu. Aku mencari dirimu. Dimana kau tinggal, Jurusan yang kau ambil, bagaimana kabarmu, aku bertanya pada orang orang di Universitas. Dan pada akhirnya, aku menemukan nomor teleponmu. Aku menghubungimu lewat sms berisi ajakan untuk bertemu di sebuah taman dekat universitas.
Dan aku melihatmu.
Kau terlihat cantik dengan kerudung birumu yang terbang tertiup angin. Tatapan mu masih sama, lembut seperti biasanya.
"Ada apa kau memanggilku?" Tanyamu singkat
"Hey. Apa-a- apa kau mau... jika aku  menikahimu?"
Wuuuush.....
Hening..
Kau terdiam.
"A-apa kau keberatan? Tidak. Sebelumnya, apa kau.. masih mengingat Radi, teman kecilmu?"
Hening kembali
"Radi ya.. tentu saja, aku masih mengingatnya.."
Kau bergumam kecil
"Begini, Radi. Sebenarnya minggu depan aku akan melanjutkan pendidikanku ke mesir. Aku tidak tahu berapa lama tepatnya. Dan saat aku pulang ke indonesia, datangilah ayahku dan tunggulah jawaban dariku. Dapatkah kau melakukannya?" Kau tersenyum. Senyuman yang masih sama sejak 14 tahun yang lalu. Senyuman yang membuatku merasa damai saat melihatnya.
"Tentu. Aku akan menunggumu . Sampai kapanpun, Insya Allah. "
Aku meyakinkan diriku sendiri.

---
Dan waktu yang tersisa, waktu untuk menunggumu, kugunakan untuk bekerja, dan menabung untuk menghalalkanmu. Rencana rencana di pikiranku mulai tergambar. Haha. Rasa percaya diriku tinggi sekali. Padahal kau belum tentu setuju dengan rencana ini. Tapi tetap saja, aku akan menabung dan menunggu. Aku akan menunggu. Aku akan selalu menunggumu

2017
Hari ini adalah hari yang berharga bagiku. Hari ini Aku mendapat panggilan dari salah seorang temanmu. Katanya, kau akan kembali ke rumah sore ini. Aku sangat tidak sabar! Aku sangat menantikannya, Tiara. Aku sangat menantikan kedatanganmu, kau tahu? Pagi ini, aku mempersiapkan kata kata yang tepat untuk berbicara dengan ayahmu karena aku akan datang kerumahmu esok pagi. Aku bersemangat sekali! Kata demi kata yang terbata bata mulai keluar dari mulutku saat latihan. Aku latihan memperkenalkan diri. Seperti anak baru di suatu sekolah yang tidak mengerti apa-apa. Aku latihan setiap saat, hingga kurasa cara bicara ku sudah lancar.
Lalu aku menunggu, menunggu, dan menunggu hingga pagi tiba.  Mengapa kabar tentangmu tak kunjung datang? Seharusnya temanmu itu sudah menghubungiku sejak malam, kan? Apakah dia lupa? Aku mencoba menghubunginya.
"Assalamualaikum? Halo? Ras?"
"I-iya di? A-da apa ya?" Laras terdengar terbata bata
"Gimana kabar Tiara? Apa dia udah sampai Jakarta? Kenapa kamu gak ngasih kabar tadi malam?" Aku mencoba menanyakan kabarmu padanya
Dia terdiam di seberang sana. Entah apa yang dia pikirkan.
Hening.
"ah.. Dia... meninggal dunia.. pesawatnya kecelakaan malam tadi..."
Hening kembali
Aku diam. Berusaha mencerna apa yang terjadi.
"Kecelakaan? Haha. Jangan main-main deh kamu. Gak baik loh mainin nyawa orang" aku berusaha mengelak dari apa yang terjadi sebenarnya.
"Radi, sadarlah! Aku serius! Tiara Arazita Zahra.. telah tiada! Dia meninggal dunia!"
Jleb.
Aku masih tidak percaya akan apa yang terjadi.
"K-kamu bohong kan?" Pikiranku mulai kemana mana. kaget dan panik, keringat dingin mulai bercucuran
"Aku tidak bohong Radi. Kalau kau tidak percaya, datang saja ke rumahnya. Kau akan menyaksikannya sendiri. Sudah ya, aku tutup dulu. Assalamualaikum"
Aku tidak menjawab salamnya, tenggorokanku terasa tercekat.
Tes..
Tanpa sadar air mataku terjatuh begitu saja.
Apa yang terjadi padamu, Tiara?
Tolong, beritahu aku.
Datanglah kepadaku saat ini dan beritahu aku, kalau kau masih hidup.
Tolonglah aku,Tiara!
Semakin kupikirkan, air mataku semakin banyak yang jatuh membebaskan dirinya.
Aku menangis.

------

Hey Tiara, Kau tahu?
Pada akhirnya..
Aku masih disini.
Aku masih di tempat ini.
Menunggumu, dan akan selalu menunggumu.
Walau kutahu, kau tak akan pernah kembali.

Aku tidak mengira
Kalau aku akan seegois ini.
Merindukanmu, mengingatmu
Meratapi senyumanmu..
Senyuman yang menguatkanku
Senyuman yang mendamaikanku
Senyuman terakhir, yang kau berikan padaku
Saat itu..

Aku diam, aku tak peduli
Sekitarku terasa hampa
Yang ada hanyalah
Segenggam kerinduan

Apakah aku harus melepasmu?
Apakah aku harus mengikhlaskanmu?
Karena semua ini telah berakhir..
Maka, aku hanya dapat mengucapkan
Selamat tinggal, Tiara
Selamat jalan..
Aku melepasmu dan berharap
Semoga kau bahagia
Dan tetap merindukanku
Di alam sana

--selesai—










Jumat, 08 Februari 2019

Aku rindu..

Kadang, rindu datang secara tiba tiba
Saat hendak tertidur,
Saat sedang melamun,
Bahkan saat sedang beraktivitas
Yah,
Aku tak pandai merangkai kata
Tapi pada intinya
Aku rindu sekolah.
Suasana kelas
Suasana angin saat di luar kelas
Saat saat latihan drama
Saat ada konflik
Yah, walau tak segalanya berakhir dengan baik, tapi aku rindu.
Makan mie sambil nonton tv di kantin
Suasana ramai di kantin
Ataupun cappucino tanpa cincau yang biasa kuminum
Yah, walau terkadang berakhir dengan sakit perut, sih.
Aku rindu semua itu.
Guru yang selalu mengelilingi kelas saat mengajar
Guru yang kami buat marah
Guru yang kadang kami abaikan nasihatnya
Aku rindu semua itu.
Dan mewakili teman temanku, aku mohon maaf..
Aku rindu saat dimana kita sibuk sendiri saat guru menjelaskan.
Mengerjakan pr matematika di saat pelajaran biologi
Ataupun memanfaatkan kesempatan menyetor hafalan saat jam olahraga
Memanfaatkan jam kosong dengan tidur bersama,
Memutar musik hingga bernyanyi asal asalan
Sampai menonton film di lcd sekolah yang silau terkena cahaya
Walau pada akhirnya, proyektor nya dicuri sih, haha..
Mungkin kita masih bisa bersama
Tapi, tak ada lagi suasana yang sama
Tak ada lagi lantai atau kursi kelas yang bisa jadi tempat tidur yang nyaman
Ataupun bantal berupa tas teman yang empuk entah kenapa
Suasana seperti itu, sudah tak ada lagi
Orang orang yang kena pukulan kecil guru karena sulit diatur, sudah tak ada lagi
Semua sudah dewasa sekarang.
Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan
Akan tetapi,
Kenangan itu akan terus ada
Dan bisa datang kapan saja melewati kehidupan yang sedang kita jalani
Saat itu terjadi, jangan tepis kenangan itu.
Biarkan saja terputar bagai film.
Lalu tersenyumlah.
Setidaknya, kita pernah merasakannya, bukan?
:)